Jumat, 29 April 2011

Memongkar Tiang-Tiang Pengangga Imperialisme AS


Jusuf AN*)

Judul Buku : Neo Imperialisme Amerika Serikat
Penulis         : Noam Chomsky
Penerjemah: Eko Prasetyo Darmawan
Penerbit       : Resist Book, Yogyakarta
Cetakan       : Pertama, November 2008
Tebal           : xxiii + 235 Halaman

Kejayaan Amerika Serika (AS) ternyata hanya sekadar mitos. Apa yang selama ini kita sangka bahwa AS merupakan negeri yang kaya, menjadi kiblat kemodernan dan kemajuan, ternyata palsu. Adalah Noam Chomsky, penduduk asli Amerika, seorang pakar linguistik sekaligus aktifis politik yang telah menyingkap lebar-lebar mitos itu. Menurutnya, AS tak lebih dari negara imperialis yang keji dan biadab. AS tidak bisa disebut maju karena kemajuan itu dibangun di atas penindasan dan pembodohan terahadap berjuta-juta penduduk aslinya dan terhadap negeri-negeri Dunia Ketiga.
Meskipun Chomsky adalah seorang warga asli Amerika, tetapi ia sangat tidak menyukui politik imperialisme negerinya sendiri. Baginya, penindasan tetaplah penindasan yang mesti mendapat perlawanan. Dan AS, yang terbukti telah menjadi biang kerok kekacauan, kemiskinan, teror, dan kematian massal di mana-mana, tidak bisa dibiarkan terus-menerus. Eksploitasi ekonomi dan dominasi yang dilakukan AS mesti secepatnya dihentikan!
Perlawanan dari negara-negara Dunia Ketiga sebagai pihak yang paling sering dirugikan dan dikisruhi oleh AS memang sudah banyak dilakukan. Akan tetapi, masyarakat dalam negeri AS yang notabene lebih dekat dengan Pentagon beserta bau busuk yang dihembuskannya ternyata lebih sering diam dan menutup mata. Ada apa? Mengapa imperiliasisme AS yang demikian kejam tidak mendapat peralawan dari dalam negerinya sendiri? Strategi apa yang dipakai oleh kelas berkuasa di AS untuk menjinakkan warganya sendiri, sebelum kemudian menundukkan negara lain?
Pertanyaan-pertanyaan ini penting, bukan hanya untuk menguak bagaimana ideologi imperialistik AS ditanamkan secara hegemonik, tetapi juga untuk memahami apa sajakah sebenarnya syarat-syarat yang mesti diciptakan oleh setiap kekuasaan untuk melakukan hegemoni, dominasi dan ekspolitasi.
Buku setelah 255 halaman ini berusaha menyingkap beberapa ‘aparatus ideologi’ yang digunakan oleh kelas berkuasa di AS untuk menanamkan hegemoni dan ideologi kelasnya pada seluruh warga negara AS sehingga nilai-nilai, pandangan hidup dan sitem kapitalis diterima sebagai wajar dan normal, bahkan didukung dan sanjung-sanjung.
Jalur pertama dari ‘aparatus ideologis’ yang digunakan adalah pendidikan. Pendidikan di Amerika, sebagaimana yang digambarkan Chomsky, masih jauh dari gambaran demokratis yang selama ini dicitrakan. Praktik pendidikan di AS digunakan sebagai media untuk menanamkan kesadaran palsu dan diciptakan sebagai institusi-institusi yang bertanggung jawab untuk mengindoktrinasi anak-anak muda.
Melalui Komisi Trilateral yang berfungsi untuk menanamkan kepatuhan, untuk menghalangi kemungkinan lahirnya pemikiran yang mandiri, kelas berkuasa AS berusaha membendung gerakan-gerakan rakyat. Komisi Trilateral, menurut Chomsky, bertugas mencari cara-cara yang efektif untuk mempertahankan hegemoni kapitalisme barat dan dominasi elit-elit berkausa sembari terus mengkondisikan agar kalangan kelas menengah yang terdiri dari ilmuwan, para profesional pakar, melalui suatu sistem pengajian terus-menerus mendakwahkan mitos tentang kebajikan nilai-nilai AS.
Karena itu, salah besar jika Indonesia mencontoh (bahkan mencontek) praktek pendidikan yang diselenggarakan di AS. Sebab, pendidikan yang dipraktekkan di AS begitu jauh dari pendidikan demokratik melainkan menggunakan model pendidikan kolonioal yang dipercangih. Pendidikan di AS jauh dari model pendidikan kritis, sehingga kultur sosial dan politik masyarakatnya pun mudah untuk dijinakkan. Kalangan kelas terdidik justru berbondong-bondong mendukung rejim kelas berkuasa yang secara rutin menyerukan demokrasi, hak asasi manusia, dan mereka akan bungkam dan menutup mata jika kelas berkuasa AS melakukan pelanggaran terhadap hak asasi manusia dan demokrasi.
Selain jalur pendidikan, kelas berkuasa AS juga sangat menyadari bahwa kontrol dan penguasaan atas sumber informasi, media, dan pengetahuan merupakan elemen kekuasaan yang sangat berpengaruh. Kini, hampir seluruh media massa besar dan tersohor di AS, seperti majalah Times  dan New York Times, telah berhasil dibuat patuh dan menetek pada kekuasan. Maka tidak susah untuk melahirkan rekayasa sejarah yang didukung oleh praktik-praktik manipulatif lainnya.
Tengoklah, betapa kultur politik dan media massa di AS cenderung membisu dan menutup mata atas kejatahan-kejahatan negaranya sendiri. Pembelaan media-media besar di AS atas kekejaman yang dilakukan Israel terhadap rakyat Palestina dengan menyebut bahwa tindakan kekerasan negera Israel memang diperlukan untuk menghadapi aksi-aksi Palestina merupakan satu contoh yang disebut oleh Chomsky berasal dari sebuah doktrin yang memiliki pola “marah luar biasa terhadap kejahatan-kejahatan yang dilakukan musuh sambil memuja-muja setinggi langit terhadap ketinggian prinsip yang dianut.”
Upaya kelas berkuasa AS dalam “menundukkan pikiran publik,” tentu saja kurang lengkap jika tidak ditopang kaum intelektual agar doktrin tentang kekuasaan kaum kapitalis itu bisa memperoleh legitimasi dan bahkan landasan konstiusional di dalam negeri.
Itulah tiang-tiang penyangga imperialisme AS yang dibongkar oleh Chomsky. Semua kekuatan ekstra-ekonomi tadi tiada lain digunakan untuk mengukuhkan dan mengawetkan kekuasaan kelas berkuasa AS. Sekarang tinggal bagaimana caranya kita merobohkan tiang-tiang itu, untuk kemudian menegakkan tiang-tiang baru dalam rangka mensejahterakan dunia.

0 komentar:

Posting Komentar