Sabtu, 30 April 2011

Akar Mistik Orang Jawa

diresensi oleh Jusuf AN

Judul Buku : Dunia Mistik Orang Jawa: Roh, Ritual, Benda Magis
Penulis : Capt. R.P. Suyono
Penerbit : LKiS, Yogyakarta
Cetakan : I, Mei 2007
Tebal Buku : xii + 280 halaman



Sebagai pengoleksi benda antik (termasuk buku) Suyono tergerak untuk menyadur buku karya H. A. van Hien berjudul De Javansche Geestenwereld atau Dunia Roh Orang Jawa yang diterbitkan sekitar tahun 1920 oleh G.Kolff & Co. Batavia. Van Hien merupakan sejarahwan dari Belanda yang ditugaskan meneliti dan menulis alam pikiran orang Jawa. Berkat pemahaman alam pikiran orang Jawa yang diperolehnya, tidak heran jika Belanda kemudian sukses besar menjajah negeri ini selama 350 tahun.

Menurut Suyono, buku karya van Hien tersebut masuk dalam kategori buku yang sangat langka. Pada jaman penjajahan Jepang, kita ingat, semua buku berbahasa Belanda harus dimusnahkan, dan bila ada yang ketahuan menyimpannya, maka akan dihukum oleh polisi rahasia Jepang. Kini, di Belanda sendiri tidak ditemukan lagi buku karya van Hien itu. Kerenanya, kita beruntung, berkat kemampuan bahasa Belanda lama yang Suyono kuasai memungkinkan kita menikmati karya van Hien dan menelusuri jejak orang Jawa, terutama wilayah mistiknya.

Kita tahu, mistik merupakan keyakinan yang hidup dalam alam pikiran kolektif masyarakat yang bersifat abadi. Demikian pula dengan dunia mistik orang Jawa. Berbagai kepercayaan mistik yang telah hidup bersamaan dengan lahirnya masyarakat Jawa, diturunkan dari generasi ke generasi, hingga kini.
Pengamat sejarah yang teliti akan mengetahui bahwa masyarakat Jawa memiliki kepercayaan yang campur-aduk. Pada mulanya penduduk Jawa merupakan bangsa pengembara. Di tengah alam yang buas orang Jawa pertama berusaha mempertahankan hidup dengan mempelajari pengaruh-pengaruh alam yang kemudian menimbulkan kepercayaan, bahwa setiap gerakan, kekuatan, dan kejadian di alam disebabkan oleh makhluk-makhluk di sekitarnya: animisme.

Oleh Suyono animisme dibagi menjadi dua, yakni fetitisme dan spritisme. Fetitisme adalah pemujaan kepada benda-benda berwujud yang tampak memiliki jiwa. Sedangkan spiritisme adalah pemujaan terhadap roh-roh leluhur dan makhluk halus yang terdapat di alam.

Ketika agama Islam mulai dianut hampir sebagian besar masyarakat Jawa, pemujaan terhadap kekuatan alam tidak begitu saja ditinggalkan. Wali Sanga sendiri, sebagai tokoh yang menyebarkan Islam di Nusantara mempunyai segudang cerita mistik. Sebut saja Sunan Giri, mengalahkan tentara Majapahit dengan sebuah pena yang bisa berubah menjadi keris. Sunan Kalijaga mampu membuat tiang masjid yang kokoh dari tatal. Dan sederet cerita mitis lainnya.

Beberapa kalangan membantah kebenaran cerita mitis tersebut dengan dalih, Islam merupakan agama tauhid. Muhammad sebagai pembawa risalah Islam tidak mengenal mistik dan anti kemusyrikan. Berkaitan dengan itu, Profesor Simuh, dalam buku Sufisme Jawa: Transformasi Tasawuf Islam ke Mistik Jawa, menganalisis bahwa Islam yang masuk ke Indonesia bukanlah Islam murni yang berasal langsung dari jazirah Arab, melainkan Islam yang dibawa oleh pedagang Persia dan Gujarat. Persia, kita tahu, merupakan pusat perkembangan tradisi tasawuf. Tasawuf sendiri terbagi menjadi dua: Tasawuf Islam yang mementingkan sikap hidup yang tekun beribadah serta mengacu kepada Al-Quran dan Hadis; dan tasawuf murni atau mistikisme yang menekankan pada pengetahuan hakikat Tuhan. Era tasawuf Islam yang berakhir 728 M memperkuat dugaan bahwa tasawuf yang masuk ke Indonesia merupakan tasawuf Mistikisme. Maka, tak heran jika Islam mudah berkompromi dengan budaya Hindu-Budha yang dianut sebagian besar penduduk pada masa itu.
Terlepas dari kontroversi historis di atas, Suyono membagi Islam menjadi empat sekte: (1) Kaum Islam yang masih memegang campuran kepercayaan Brahma dan Budha; (2). Kaum Islam yang menganut kepercayaan magik dan dualisme; (3). Kaum Islam yang masih menganut animisme; (4) Kaum Islam murni. Tiga sekte Islam yang pertama masuk dalam golongan "Islam Kejawen", yakni keyakinan dan ritual campuran dari agama Islam dengan pemujaan terhadap kekuatan alam. Pedoman kepercayaan kejawen ini tampak pada ajaran yang disebut sebagai petangan, tata cara memperhitungkan keberuntungan.

Melalui buku Dunia Mistik Orang Jawa: Roh Ritual, Benda Magis kita akan mengetahui alam mistik yang dipraktikkan masyarakat Jawa sekitar tahun 1920-an. Karena spektrum dunia mistik orang Jawa sangat luas maka karya ini akan terbit dalam tiga jilid. Buku setebal 280 halaman ini merupakan buku pertama yang membahas mengenai dunia roh, tempat-tempat angker, azimat, hantu atau memedi, perhitungan waktu, doa dan mantra, ritual dan sesajian, sampai ramalan Jaya Baya. Buku kedua (belum terbit) berisi mengenai petangan, dan buku ketiga mengenai orang Tengger.

Era global dan pesatnya kemajuan ilmu dan teknologi yang mempengaruhi kehidupan alam pikiran masyarakat Jawa ternyata tidak begitu saja menghilangkan berbagai kepercayaan mitis dan praktik-praktiknya. Akan tetapi sedikit orang mengetahui akar mistiknya sendiri. Karena itu, buku ini penting dibaca bukan karena dipenuhi dengan cerita gaib dan mantra-mantra, melainkan sebagai jalan merunut perkembangan keyakinan dan alam pikiran nenek moyang. Dengan begitu akan mudah memahami alam pikiran kita sendiri. Kuasai alam pikiranmu, maka kamu akan menguasai tindakanmu. Kuasai tindakanmu maka kamu akan menguasai kebiasaanmu. Kuasai kebiasaanmu, maka kami akan menguasai nasibmu, begitu kata orang bijak.

0 komentar:

Posting Komentar